Senin, 19 Maret 2018

[Book Review] The Number You Are Trying to Reach is Not Reachable by Adara Kirana




Judul buku: The Number You Are Trying to Reach is Not Reachable
Penulis: Adara Kirana
Penerbit: Bukune
Tahun: Oktober, 2016
Jumlah Halaman: 298
ISBN: 978 – 602 – 22 – 0196 - 0
Format: Paperback
Genre: Teenlit

BLURB:
Kata orang-orang, aku ini genius dan kelewat serius.
Oke memang koleksi piala dan medali olimpiadeku sedikit lebih banyak dari perempuan yang dilirik Zeus. Aku masih seusia anak kelas sepuluh, tapi sudah ikut beberapa try out SBMPTN, dan dapat nilai paling tinggi.
Namun, Kak Zahra—guru homeschooling-ku menganggapku perlu bersosialisasi. Katanya, biar “nyambung” sama orang-orang.
Untuk apa? Aku punya teman kok: Mama, Kak Zahra, Hera, dan... saudara-saudara yang sering kulupa namanya.

***

“The Thirteen Books of Euclid’s Elements. Buku itu bisa kamu dapat asal kamu mau masuk SMA,” tantang Kak Zahra suatu hari.
Tidak mungkin. Itu kan buku legendaris yang ditulis sejak abad ketiga sebelum Masehi. Aku ingin sekali mengoleksi dan mempelajarinya sendiri. Rasanya pasti lebih memuaskan.
“Oke, aku coba satu semester, ya,” jawabku mantap.
Demi buku itu, bolehlah aku jalani hidup sebagai anak SMA biasa, Lagi pula sesulit apa “nyambung” sama orang-orang?

SUMMARY:
Novel ini menceritakan seorang anak remaja perempuan bernama Aira, yang super-duper-pintar. Si Aira ini, saking pintarnya, dia nggak mau sekolah di sekolah formal, karena kalau dia sekolah di sekolah formal, itu malah bikin dia bosan, karena materinya yang terlalu lambat menurut dia. Jadinya, si Aira ini memilih untuk homeschooling, sejak ia SD kelas 1. Faktor lain yang membuat ia memutuskan untuk homeschooling adalah, karena ia takut akan dianggap aneh oleh teman sebayanya, seperti ketika ia masih kecil.

Namun, suatu hari Aira mendapat info mengenai lomba cerdas cermat Matematika setingkat SMA yang hadiahnya adalah The Thirteen Books of Euclid’s Elements dari volume satu sampai tiga. Dimana, Aira ingin sekali mengikuti lomba itu dan mendapatkan hadiahnya. Namun, ia tidak bisa mengikuti lomba tersebut karena lomba tersebut diprioritaskan untuk peserta didik dari sekolah resmi. Tetapi, sebenarnya dari instansi tempat Aira homeschooling juga bisa mengikuti lomba tersebut, sayangnya, hanya Aira satu-satunya siswa yang ingin sekali mengikuti lomba cerdas cermat Matematika tersebut, ya karena hanya Aira yang homeschooling dengan asalan karena ia terlalu pintar.

Sampai akhirnya, Aira memutuskan untuk masuk ke sekolah formal ketika tahun ajaran baru. Aira memutuskan untuk sekolah formal untuk satu semester saja, mengikuti lomba, mendapatkan hadiahnya, lalu berhenti sekolah formal dan kembali belajar di rumah.

REVIEW:
Yay, ini buku ke-8 yang aku baca! Gils, ternyata ini novel jebolan dari Wattpad, lho! Wuih, awalnya nggak nyangka karena alur cerita yang ditawarkan agak berbeda dari cerita-cerita di Wattpad yang pernah kubaca.

Oke, jadi kesan pertama yang aku dapat ketika baca novel ini adalah, “sumpah ni orang ngeselin banget”. Yap, tokoh utamanya, berhubung dia pintar, maka dari itu dia agak ngeselin. Sebenarnya sih, nggak salah ya dia itu sepintar apa, masalahnya tu gini lho, si Aira disini, hanya diceritakan dengan tell, bukan show. Dimana, ya kita cuman dikasih tau kalau dia itu bisa ini lah, bisa itu lah, jago inilah, jago itu lah. Mungkin itu sih kekurangannya menurutku di novel ini. Kalau saja, si Aira sedikit lebih ditunjukkan kemampuannya, misalnya ketika dia dan Mamanya mau membahas mata uang Korea dan menggunakan bahasa Korea, akan lebih baik kalau misalnya dikasih percakapan si Aira dan mamanya menggunakan bahasa Korea, walaupun cuman sedikit. Soalnya, kalau menurutku aja nih ya, kalau cuman dikasih tau aja, tanpa benar-benar ditunjukkan, itu malah bikin seolah-olah itu cuman omong kosong. Dan malah bikin pembaca skeptis gitu.

Tapi, terlepas dari itu, aku suka sama karakter Aira yang lumayan cepat beradaptasi. Dia yang tadinya enggak punya teman sama sekali, (kak Zahra jangan dihitung lho ya, hehe) justru di hari pertama ia masuk sekolah SMA sebagai siswi kelas 10, berani membela teman barunya yang sedang dibully. Wait, itu bisa dibilang dibully nggak, ya? Setelahnya, ia semakin banyak dapat teman-teman yang lain.

Oke, ini bagian yang paling aku suka. Hubungan antara Aira dan Rio serta hubungan Aira dan Arka. Jadi, Rio ini adalah teman sekolahnya Aira dan rumahnya di perumahan yang sama dengan Aira. Jadi, katanya sih, si Rio ini anaknya terkenal karena dia ganteng. Tapi, ya, Aira tetap Aira, dia mana tau tentang hal begituan. Singkatnya, si Rio ini suka sama si Aira. Yang bikin betah baca itu sih, karena si Rio ini anaknya humoris. Dia sok-sokan jadi guru Bahasa Gaul-nya Aira, ya begitulah. Nah, sedangkan si Arka adalah guru kelas tambahan Aira di sekolahnya. Arka ini masih anak kuliahan gitu, dan katanya banyak cewek yang suka ngelirik dia. Awal kejadian si Aira dan Arka ini kenal adalah dari salah sambung. Aira seharusnya menelpon Rio, tetapi, yang ditelpon malah nomornya si Arka. Nah, singkatnya, si Arka juga suka nih sama si Aira, tapi karena Arka pikir mereka adalah guru-murid, maka ia berusaha untuk melawan perasaannya.

Ya, initinya kalian harus baca sendiri deh. Kalau Rio kan anaknya suka ngelawak gitu, suka bikin lucu, suka bikin Aira ketawa, apalagi kalau mereka sudah bahas-bahas tentang bahasa gaul. Bagian yang paling aku suka sih ketika Rio ngejelasin modus ke Aira lewat  chat. Sedangkan, kalau Arka, dia ini lebih dewasa (jelas lah, ya), terus kalau Aira ngomong sama si Arka, bakalan nyambung mulu. Bagian yang paling aku suka itu waktu si Arka bilang mengenai perasaannya ke Aira. Dan satu hal yang perlu kalian ketahui, mereka berdua sama-sama manis! Haha!

Jadi, untuk semua perasaan yang sudah aku kasih tau ke kalian saat aku baca novel ini, aku memutuskan untuk memberi 4 dari 5 bintang! Yay, recommended!


Tuli dan bisu bukanlah sesuatu yang bisa dijadikan bahan candaan. —Aira.

Orang yang bener-bener teman kita, enggak bakal mungkin marah lama-lama. Dan kalaupun dia emang enggak mau maafin kamu padahal kamu udah minta maaf, mungkin itu tandanya kamu harus cari teman lain, karena dia enggak bisa nerima kamu apa adanya. —Aura (Mamanya Aira).

Biar yang terakhir saya denger, ‘saya suka kamu’. Karena saya tahu, kamu enggak akan ngasih titik habis tiga kata itu buat saya kalau saya enggak nyela.” —Arka.


Regards,
Suci Noorjannah Novianti

0 komentar: