Judul buku: The Number You Are Trying to Reach is Not Reachable
Penulis: Adara Kirana
Penerbit: Bukune
Tahun: Oktober, 2016
Jumlah Halaman: 298
ISBN: 978 – 602 – 22 – 0196 - 0
Format: Paperback
Genre: Teenlit
BLURB:
Kata orang-orang, aku ini
genius dan kelewat serius.
Oke memang koleksi piala
dan medali olimpiadeku sedikit lebih banyak dari perempuan yang dilirik Zeus. Aku
masih seusia anak kelas sepuluh, tapi sudah ikut beberapa try out SBMPTN, dan
dapat nilai paling tinggi.
Namun, Kak Zahra—guru
homeschooling-ku menganggapku perlu bersosialisasi. Katanya, biar “nyambung”
sama orang-orang.
Untuk apa? Aku punya
teman kok: Mama, Kak Zahra, Hera, dan... saudara-saudara yang sering kulupa
namanya.
***
“The Thirteen Books of Euclid’s
Elements. Buku itu bisa kamu dapat asal kamu mau masuk SMA,” tantang Kak Zahra
suatu hari.
Tidak mungkin. Itu kan
buku legendaris yang ditulis sejak abad ketiga sebelum Masehi. Aku ingin sekali
mengoleksi dan mempelajarinya sendiri. Rasanya pasti lebih memuaskan.
“Oke, aku coba satu
semester, ya,” jawabku mantap.
Demi buku itu, bolehlah
aku jalani hidup sebagai anak SMA biasa, Lagi pula sesulit apa “nyambung” sama
orang-orang?
SUMMARY:
Novel ini menceritakan
seorang anak remaja perempuan bernama Aira, yang super-duper-pintar. Si Aira
ini, saking pintarnya, dia nggak mau sekolah di sekolah formal, karena kalau
dia sekolah di sekolah formal, itu malah bikin dia bosan, karena materinya yang
terlalu lambat menurut dia. Jadinya, si Aira ini memilih untuk homeschooling, sejak ia SD kelas 1.
Faktor lain yang membuat ia memutuskan untuk homeschooling adalah, karena ia takut akan dianggap aneh oleh teman
sebayanya, seperti ketika ia masih kecil.
Namun, suatu hari Aira
mendapat info mengenai lomba cerdas cermat Matematika setingkat SMA yang
hadiahnya adalah The Thirteen Books of
Euclid’s Elements dari volume satu sampai tiga. Dimana, Aira ingin sekali
mengikuti lomba itu dan mendapatkan hadiahnya. Namun, ia tidak bisa mengikuti
lomba tersebut karena lomba tersebut diprioritaskan untuk peserta didik dari
sekolah resmi. Tetapi, sebenarnya dari instansi tempat Aira homeschooling juga bisa mengikuti lomba
tersebut, sayangnya, hanya Aira satu-satunya siswa yang ingin sekali mengikuti
lomba cerdas cermat Matematika tersebut, ya karena hanya Aira yang homeschooling dengan asalan karena ia
terlalu pintar.
Sampai akhirnya, Aira memutuskan
untuk masuk ke sekolah formal ketika tahun ajaran baru. Aira memutuskan untuk
sekolah formal untuk satu semester saja, mengikuti lomba, mendapatkan
hadiahnya, lalu berhenti sekolah formal dan kembali belajar di rumah.
REVIEW:
Yay, ini buku ke-8 yang
aku baca! Gils, ternyata ini novel jebolan dari Wattpad, lho! Wuih, awalnya
nggak nyangka karena alur cerita yang ditawarkan agak berbeda dari
cerita-cerita di Wattpad yang pernah kubaca.
Oke, jadi kesan pertama
yang aku dapat ketika baca novel ini adalah, “sumpah ni orang ngeselin banget”.
Yap, tokoh utamanya, berhubung dia pintar, maka dari itu dia agak ngeselin. Sebenarnya
sih, nggak salah ya dia itu sepintar apa, masalahnya tu gini lho, si Aira
disini, hanya diceritakan dengan tell, bukan
show. Dimana, ya kita cuman dikasih
tau kalau dia itu bisa ini lah, bisa itu lah, jago inilah, jago itu lah. Mungkin
itu sih kekurangannya menurutku di novel ini. Kalau saja, si Aira sedikit lebih
ditunjukkan kemampuannya, misalnya ketika dia dan Mamanya mau membahas mata
uang Korea dan menggunakan bahasa Korea, akan lebih baik kalau misalnya dikasih
percakapan si Aira dan mamanya menggunakan bahasa Korea, walaupun cuman sedikit.
Soalnya, kalau menurutku aja nih ya, kalau cuman dikasih tau aja, tanpa benar-benar
ditunjukkan, itu malah bikin seolah-olah itu cuman omong kosong. Dan malah
bikin pembaca skeptis gitu.
Tapi, terlepas dari itu,
aku suka sama karakter Aira yang lumayan cepat beradaptasi. Dia yang tadinya
enggak punya teman sama sekali, (kak Zahra jangan dihitung lho ya, hehe) justru
di hari pertama ia masuk sekolah SMA sebagai siswi kelas 10, berani membela
teman barunya yang sedang dibully. Wait, itu bisa dibilang dibully nggak, ya? Setelahnya, ia semakin banyak
dapat teman-teman yang lain.
Oke, ini bagian yang
paling aku suka. Hubungan antara Aira dan Rio serta hubungan Aira dan Arka. Jadi,
Rio ini adalah teman sekolahnya Aira dan rumahnya di perumahan yang sama dengan
Aira. Jadi, katanya sih, si Rio ini anaknya terkenal karena dia ganteng. Tapi,
ya, Aira tetap Aira, dia mana tau tentang hal begituan. Singkatnya, si Rio ini
suka sama si Aira. Yang bikin betah baca itu sih, karena si Rio ini anaknya humoris.
Dia sok-sokan jadi guru Bahasa Gaul-nya Aira, ya begitulah. Nah, sedangkan si
Arka adalah guru kelas tambahan Aira di sekolahnya. Arka ini masih anak
kuliahan gitu, dan katanya banyak cewek yang suka ngelirik dia. Awal kejadian
si Aira dan Arka ini kenal adalah dari salah sambung. Aira seharusnya menelpon Rio,
tetapi, yang ditelpon malah nomornya si Arka. Nah, singkatnya, si Arka juga
suka nih sama si Aira, tapi karena Arka pikir mereka adalah guru-murid, maka ia
berusaha untuk melawan perasaannya.
Ya, initinya kalian harus
baca sendiri deh. Kalau Rio kan anaknya suka ngelawak gitu, suka bikin lucu,
suka bikin Aira ketawa, apalagi kalau mereka sudah bahas-bahas tentang bahasa gaul.
Bagian yang paling aku suka sih ketika Rio ngejelasin modus ke Aira lewat chat. Sedangkan, kalau Arka, dia ini
lebih dewasa (jelas lah, ya), terus kalau Aira ngomong sama si Arka, bakalan
nyambung mulu. Bagian yang paling aku suka itu waktu si Arka bilang mengenai
perasaannya ke Aira. Dan satu hal yang perlu kalian ketahui, mereka berdua
sama-sama manis! Haha!
Jadi, untuk semua
perasaan yang sudah aku kasih tau ke kalian saat aku baca novel ini, aku
memutuskan untuk memberi 4 dari 5 bintang! Yay, recommended!
Tuli dan bisu bukanlah sesuatu yang bisa dijadikan bahan candaan. —Aira.
Orang yang bener-bener teman kita, enggak bakal mungkin marah lama-lama. Dan kalaupun dia emang enggak mau maafin kamu padahal kamu udah minta maaf, mungkin itu tandanya kamu harus cari teman lain, karena dia enggak bisa nerima kamu apa adanya. —Aura (Mamanya Aira).
Biar yang terakhir saya denger, ‘saya suka kamu’. Karena saya tahu, kamu enggak akan ngasih titik habis tiga kata itu buat saya kalau saya enggak nyela.” —Arka.
Regards,
Suci Noorjannah Novianti
0 komentar:
Posting Komentar